Cara Menjadi Public Relation yang Baik
Diantara begitu banyak peristiwa yang
terjadi di Indonesia sepanjang tahun lalu, kejadian satu ini bisa dianggap
sebagai yang paling mengejutkan bagi dunia kehumasan. Seorangpublic relations officer sebuah
mal elit di Jakarta memberikan pernyataan kontroversial seputar kejadian bunuh
diri yang dilakukan seorang pria di tempatnya bekerja. Alih-alih berempati dan
melontarkan kalimat yang menentramkan, ia justru secara gamblang menyesalkan
kejadian tersebut dan menyalahkan sang pelaku yang memilih lokasi mal tersebut
untuk menjalankan aksinya.
Pernyataan kontroversial dan dianggap
tidak sensitif ini menjadi besar dan disayangkan oleh berbagai pihak.
Kebanyakan beranggapan bahwa komentar bernada sarkastik tersebut tidak pantas
dilayangkan oleh seorang public
relations, yang notabene mewakili citra perusahaan yang kebetulan
terlibat dalam kejadian itu. Hasilnya, masyarakat mulai mempertanyakan
kompetensi sang PR yang dinilai bertindak gegabah dalam menghadapi krisis yang
tengah melanda perusahaannya. Kematangan berpikir, ketelitian mengolah
kata-kata, dan cara komunikasi yang baik tampaknya tidak dipraktekkan oleh si public relation officer ketika
menghadapi media.
Public relations, sekalipun
sering disamakan dengan humas, namun memiliki perbedaan dalam deskripsi
pekerjaannya. Tugas seorang PR ternyata jauh lebih luas dari sekedar berhadapan
dengan klien ataupun media. Menurut Edward L. Berneys dalam bukunya yang
berjudul Public Relations, seorang PR memiliki tiga fungsi yaitu: sebagai
pemberi informasi kepada publik, secara persuasif menjadi pengubah sikap dan
tingkah laku publik terhadap lembaga/perusahaan demi kepentingan kedua belah
pihak, dan sebagai pengintegrasi antara sikap dan perbuatan lembaga dengan sikap
publik dan sebaliknya. Intinya seorang PR bertanggung jawab membina dan menjaga
hubungan baik dengan publik sehingga tercipta suatu citra positif tentang
perusahaan.
Untuk mencapai semua tujuan tersebut,
seorang public relations wajib
memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni. Ada lima unsur dalam proses
komunikasi yang harus dikuasai:source /communicator (orang
yang menjadi sumber, bisa pejabat yang berwenang/dirinya sendiri); message (pesan yang akan disampaikan); channel(media/sarana penyampaian pesan), target audience (kelompok penerima pesan); dan effect (dampak yang terjadi pada diri komunikan setelah
menerima pesan).
Dalam
kasus diatas, rupanya public relations officer tersebut
tidak memikirkan target audience (keluarga
korban dan masyarakat) dan efek pernyataannya terhadap publik.
Kesalahan
yang dilakukan seorang PR bisa berbuah petaka bagi image perusahaan. Pernyataan
yang dikeluarkan PR dianggap mewakili sikap perusahaan terhadap suatu
kondisi/hal. Oleh karena itu penyampaiannya pun harus tepat dengan
mengedepankan aspek-aspek mutual
understanding antara kedua belah pihak.
Sebelum
menghakimi dan melabeli seorang PR dengan sebutan baik atau buruk, ada baiknya
mengetahui apa-apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang good PR seperti
disarikan dari sebuah resume yang ditulis oleh Daniel Buana berikut ini:
1. Kemampuan berkomunikasi.
Dan
ini tidak terbatas pada komunikasi verbal namun juga tulisan bahkan visual.
Seorang PR harus fasih berkomunikasi dalam berbagai jenis media, misalnya saat
presentasi, wawancara, dialog, membuat berita/artikel/press release, dan lain
sebagainya. Tujuannya untuk menjalankan fungsinya sebagai penyampai informasi
atau komunikator. Ia harus tahu bagaimana memperlakukan media sesuai dengan
karakteristik, target audience,
dan efek yang akan hasilkan pada komunikan (penerima pesan).
2. Kemampuan manajerial/kepemimpinan.
Hal ini penting untuk menterjemahkan
visi dan misi dari manajemen tertinggi. Ia harus tahu seluk beluk perusahaan,
mengerti tingkah laku dan memperhatikan konsumen, karyawan dan kelompok lain
yang berkepentingan dengan tugasnya sebagai penghubung. Seringkali PR
dihadapkan pada situasi krisis yang membutuhkan respon cepat dan tepat.
Diperlukan kematangan berpikir dan kecepatan bertindak untuk bisa meng-handle
keadaan secara tenang dan elegan. Jiwa leadership juga diperlukan untuk
melakukan koordinasi antar pihak-pihak yang terkait.
3. Kemampuan bergaul dan membina relasi.
Fleksibilitas
dalam menghadapi berbagai jenis kepribadian dan kemampuan berinteraksi dengan
orang-orang dari berbagai tingkatan. Termasuk juga memanfaatkan networkinguntuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan layaknya seorang detektif. Kepandaian bergaul juga penting
untuk membangun opini positif terhadap perusahaan sehingga tercipta hubungan
saling percaya. Diperlukan orang-orang dengan tipe kepribadian extrovert untuk bisa
menjalankan tugas ini.
4. Kepribadian yang jujur dan kredibel.
Seorang PR haruslah orang yang bisa
dipercaya. Apa yang dikatakannya harus dilandasi oleh fakta dan bukan sekedar
pemanis demi menaikkan popularitas perusahaannya. Informasi yang diberikan
harus akurat dan cukup penting untuk diketahui masyarakat. Selain itu, dalam
menjalankan tugasnya ia harus mematuhi etika dan menjunjung tinggi moralitas.
Sekalipun tugasnya adalah menjaga image perusahaannya tetap positif di mata
publik, namun tidak lantas membuat PR merasa berhak menjatuhkan pihak lain yang
berseberangan dengannya. Selayaknya PR membuat pernyataan yang netral,
objektif, simpatik, dan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan.
5. Kreatif dan kaya ide.
Memiliki wawasan yang luas dengan
kemampuan berpikir kreatif serta kritis sangat diperlukan terutama untuk
menghadapi berbagai masalah yang membutuhkan alternatif-alternatif
penyelesaian. Seorang PR juga harus pandai membaca peluang dan melihat celah
dimana ia bisa meningkatkan keunggulan perusahaannya di depan publik. Kemampuan
menciptakan strategi baru untuk memperluas hubungan antara perusahaan dengan
publik pun menjadi sebuah kriteria yang penting untuk dimiliki oleh seorang PR
Hasil copy paste dari web : http://www.infobursakerja.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar